Mengenal Tradisi Puter Kayun Kabupaten Banyuwangi

Pernahkah anda mendengar tentang Puter Kayun ?

Pernahkah anda melihatnya ?

Apa anda tahu apa maksud dibaliknya ?

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang tradisi-tradisi yang dilakukan di Banyuwangi selama puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.

Apakah anda selalu merasa kesepian setelah Lebaran usai, karena saudara-saudara kita akan pulang dan menjalankan rutinitasnya ? Tapi jangan salah! Di Banyuwangi ada kegiatan / tradisi yang menarik dan dijalankan usai hari Lebaran. Jadi anda tidak perlu kesepian lagi karena tradisi ini sangat menarik dan menghibur.

Setiap 7 hari setelah Lebaran, berbondong-bondong orang dari Banyuwangi kota pergi ke Watudhodhol dengan menggunakan andhong. Jarak yang ditempuh yaitu sekitar 16 km. Ini selalu terjadi setiap tahun pasca Lebaran. Tradisi ini dinamakan Puter Kayun. Yang menjadi penunggang andhong bukanlah sembarang orang, mereka adalah keturunan dari Ki Buyut Jaksa (Ki Martajaya). Ki Buyut Jaksa yang tinggal di gunung Silangu adalah seorang yang sangat sakti mandraguna. Ia adalah orang yang ikut andil dalam terjadinya pemecahan batu di daerah gunung Batu yang dinamakan Watudhodhol.

Tidak hanya manusia yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan dari Surabaya – Banyuwangi tersebut. Makhluk halus pun ikut andil. Itu berawal saat gunung Batu yang memisahkan jalan antara Surabaya – Banyuwangi menutupi jalan dan menghambat proyek tersebut. Tidak ada seorangpun yang dapat memecahkannya, karena batu yang ada di gunung Batu tersebut sangatlah keras. Mereka selalu menyerah tanpa ada hasil. Akhirnya Schopoff ( Residen VOC di Banyuwangi ) menyuruh Mas Alit

( Bupati Banyuwangi yang merupakan keturunan Tawangalun ) untuk mengadakan sayembara yang imbalannya berupa tanah dari Sukowidi sampai gunung Batu yang kira-kira 8 km.

Karena tidak ada seorang pun yang berhasil maka Mas Alit mengutus Ki Buyut Jaksa untuk membantunya. Awalnya ia menolak namun akhirnya setuju. Ia memanggil Raja Makhuk halus, Raja makhluk halus itu mengadakan perjanjian dengan Ki Buyut Jaksa. Satu diantaranya adalah keturunan Ki Buyut Jaksa harus selalu menengoknya di batu besar yang merupakan tempatnya bernaung dan batu itu merupakan bagian dari gunung Batu yang tepat berada di tengah jalan raya yang menghubungkan antara Banyuwangi – Surabaya.

Setelah kejadian tersebut, keturunan Ki Buyut Jaksa pun mulai melakukan tradisi itu. Waktu yang dipilih adalah saat Lebaran Ketupat yaitu 7 hari setelah Lebaran. Mereka tidak hanya menengok saja, tetapi juga berwisata dengan membawa makanan dan minuman yang akan dimakan beramai-ramai dengan warga sekitar. Tradisi ini selalu menarik perhatian dari semua kalangan yang melihatnya.

Sekarang anda sudah tahu kan apa yang disebut dengan Puter Kayun! Apakah anda tertarik untuk melihatnya? Jika ingin melihatnya datang saja kedaerah-daerah yang di lewati para rombongan diantaranya : Sukowidi, Klatak, Tanjung, Bulusan, dan Ketapang.

(http://www.sejarahbanyuwangi.com)

2 Tanggapan

  1. aku pikir sejarah kabupaten banyu wangi iyu harus di pelajari oleh penerus seperti generasi muda

    Suka

JANGAN LUPA DI SUBSCRIBE DAN DI FOLLOW YA GAESS Youtube : Mas Say Laros Banyuwangi Instagram : @massaylaros Facebook : Mas Say Laros Banyuwangi